Breaking News

Laman

Kamis, 21 Juli 2016

Jabar Masih Kekurangan Kedelai

SINGAPARNA,(PR).- Kebutuhan kedelai di Jawa Barat masih belum terpenuhi. Dari total kebutuhan 371.975 ton per tahun, Jabar baru memproduksi 98.938 ton. Itu yang menjadi sebab Indonesia masih mengimpor kedelai. Minimnya pemenuhan kebutuhan kedelai, disinyalir karena petani masih enggan menggarap sektor pertanian kedelai. Petani menilai, menanam kedelai belum menguntungkan karena biaya produksi yang cukup tinggi sementara harga jual rendah.
Ketua Kelompok Tani Lengkong, Desa Sindangraja, Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya Beben Bunyamin mengatakan, masyarakat masih enggan untuk beralih dari tanaman padi pada kedelai. Padahal, jika dilihat dari keuntungan, hasil panen kedelai juga tak kalah menguntungkan jika dibandingkan padi.
"Masyarakat masih malas menanam kedelai karena berpaku pada padi. Kalau kedelai kan biaya produksinya tinggi, sebenarnya keuntungannya juga tinggi. Ya menurut kami sebenarnya masih menguntungkan," ucap Beben di sela-sela panen raya yang digelar di desanya, Kamis 21 Juli 2016. Menurut dia, dari 50 petani yang bergabung di kelompok taninya, hanya ada 20 petani yang serius menanam kedelai. Sisanya lebih memilih bertani padi. Ada pula yang sebagian menanami sawahnya secara bergantian dengan padi, jagung, dan kedelai.
"Harga jualnya juga masih rendah, Rp 6.000 per kilogram. Itu karena dibeli oleh produsen tahu dan tempe. Kalau dijadikan bibit harganya lebih tinggi," kata Beben.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya Mohammad Zen mengakui produksi kedelai masih belum memenuhi kebutuhan yang ada. Di Kabupaten Tasikmalaya, pemenuhan kebutuhan kedelai baru mencapai 10 persen. Saat ini, total produksi kedelai mencapai 28,52 kuintal per hektare. Saat ini, luas sawah yang menanam kedelai baru baru 5.000 hektare.
"Tak hanya di Kabupaten Tasikmalaya, namun di Jabar bahkan nasional. Itu sebabnya Indonesia masih mengimpor kedelai," ucap Zen.
Sementara itu, Kepala Bidang Pertanian Kantor Wakil Kepresidenan Tuti Maryani mengatakan, perlu sinergi dari semua pihak agar Indonesia tak lagi mengimpor kedelai. Salah satu cara yakni menaikkan harga jual kedelai.
"Memang kita tidak bisa menaifkan, kita terpaksa mengimpor padi, jagung, dan kedelai. Harus ada komitmen dari semua, salah satunya dengan sektor perindustrian. Selain itu, kita juga perlu menggenjot produktivitas padi, jagung, dankedelai, khususnya menghadapi La Nina, masa subur kita genjot,” ucap Tuti.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By